Thursday, October 27, 2005

Ibu, Mengapa menangis ?

Suatu ketika, ada seorang anak lelaki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu,mengapa ibu menangis ?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita." Saya tidak mengerti," kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tidak akan mengerti......"
Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya. "Ayah,mengapa ibu menangis ?"
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan."
Hanya itu jawapan yang dapat diberikan oleh ayahnya. Lama kemudian, si anak itu menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan mendapat petunjuk daripada Allah mengapa wanita mudah sekali menangis. Saat Allah menciptakan wanita, Dia membuat menjadi sangat penting. Allah ciptakan bahunya,agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya. Walaupun, bahu itu cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.

Allah berikan wanita kekuatan untuk melahirkan zuriat dari rahimnya.Dan sering kali pula menerima cerca daripada anaknya sendiri......Allah berikan ketabahan yang membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah di saat semua orang berputus asa.

Wanita, Allah berikan kesabaran, untuk merawat keluarganya walau letih,sakit, lelah dan tanpa berkeluh-kesah. Allah berikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya, dalam situasi apa pun. Biarpun anak-anaknya kerap melukai perasaan dan hatinya.

Perasaan ini memberikan kehangatan kepada anak-anaknya yang ingin tidur. Sentuhan lembutnya memberi keselesaan dan ketenangan. Dia berikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa kegentiran dan menjadi pelindung baginya. Bukankah tulang rusuk suami yang melindungi setiap hati dan jantung wanita ?

Allah kurniakan kepadanya kebijaksanaan untuk membolehkan wanita menilai tentang peranan kepada suaminya. Seringkali pula kebijaksanaan itu menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap saling melengkapi dan menyayangi.

Dan akhirnya, Allah berikannya airmata agar dapat mencurahkan perasaannya...
Inilah yang khusus Allah berikan kepada wanita, agar dapat digunakan di mana ia inginkan.

Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, airmata!

" Ini airmata kehidupan."
|| siempunya, 9:58 AM || link || (0) comments |

Tuesday, October 25, 2005

Antara Dua Harapan

Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya,
maka Allah akan memberikan kepuasan dalam hatinya,
menghimpunkan segala impiannya,
dan duniapun akan mendatanginya dengan merunduk.

Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya,
maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan matanya,
membuyarkan segala impiannya,
dan dunia takkan mendatanginya
melainkan apa yang telah ditentukan baginya

(HR. Tirmidzi)
|| siempunya, 11:58 AM || link || (1) comments |

Monday, October 17, 2005

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".

"Segar.", sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
|| siempunya, 9:46 AM || link || (0) comments |

Saturday, October 15, 2005

Aku Dimakamkan Hari Ini

Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...

Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...

Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi

Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka ,
maafkan aku ayah dan ibu ,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka ...

begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia sia an
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu ...

Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan ...


---------------------------------------------
semoga semakin menyadarkan kita akan kematian
|| siempunya, 11:51 PM || link || (0) comments |

Wednesday, October 12, 2005

Sebuah Cangkir Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.

“Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya.
“Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara

“Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing.
Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !”
lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Stop ! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang itu masih saja meninjuku,
tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi
ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras.

Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang itu berkata “Belum !”.
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum.
Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku.
Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan
ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya!
Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya.
Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku.
Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca.
Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hamper tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik.

Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Renungan:

Seperti itulah Alloh membentuk kita. Pada saat Alloh membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata.
Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan suatu apapun.

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang membentuk anda.
Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, anda akan melihat betapa cantiknya Alloh membentuk anda.


-- anonime -- Semoga Bermanfaat.
|| siempunya, 9:02 AM || link || (0) comments |

Tuesday, October 11, 2005

Adilkah Alloh?

Mungkin ini pertanyaan yang mengada-ada. tapi itulah kenyataannya yang pernah mengganggu pikiran saya. memikirkannya seringkali malah menambah bimbang. apakah ini pertanda runtuhnya keimanan saya. murtadkah saya bila saya mempertanyakan hal demikian??

"bila seseorang dilahirkan dari keluarga kafir, dididik secara kafir, tidak pernah mendapat kesempatan mengenal islam, kemudian dia mati dalam keadaan kafir, masuk jahanam, salah siapa?? salahkah takdir sehingga dia dilahirkan dalam keluarga yang membawa kesesatan ?
apakah sama kesempatan semua orang untuk mendapat keselamatan?? antara yang lahir dari keluarga islam dengan yang non islam?.
benar bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidupnya, tetapi lingkungan terdekatlah yang paling besar pengaruhnya. tidak bisa semua manusia bisa seperti nabi Ibrahim misalnya, yang mendapat cahaya tauhid meski kaumnya berada dalam kesyirikan."

Dari beberapa pencarian, saya memperoleh beberapa jawaban. salah satunya adalah berikut:

Maha Adil-Nya Alloh berbeda dengan "adil-nya" manusia, jangan samakan sifat Alloh dengan sifat manusia.

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu". Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)". (Qs. 7:172)

ini ayat berlaku untuk semua manusia, tinggal manusia itu sendiri mau mengikuti petunjuk apa 'nggak. Manusia diciptakan dengan sempurna oleh Alloh SWT, manusia dibekali Akal untuk berfikir tentang kebenaran dan kekuasaan Alloh, Kalo masalah keluarga dan lingkungan yang kafir itu emang udah taqdir, tapi kan umat islam itu ada dimana-2 dia bisa nanya-2 (kalo emang dia mau mencari kebenaran) dan masalah ini juga adalah tanggung jawab umat Islam sebagai da'i (dakwah itu hukumnya Fardu'ain).

Alloh menciptakan kondisi seperti ini salah satunya adalah untuk ujian anak orang kafir itu agar menemukan kebenaran, serta ujian kepada kaum muslimin
untuk menyampaikan Tauhid kepada semua manusia
|| siempunya, 1:16 PM || link || (0) comments |

Monday, October 10, 2005

Buat Diriku Yang Selalu Lupa

Ya Alloh maafkan aku
atas segala kebodohanku,atas segala kelalaianku
semua panca indra ini tak kugunakan dengan baik
aku buta,tak melihat keindahanMu
aku tuli tak mendengar seruanMu
aku bisu tak menyebut keagunganMu


Ya Alloh mungkin Kau dapat menurunkan siksa padaku
namun itu tak Kau lakukan
Engkau lebih mendahulukan cintaMu
Kejahatanku selalu menghias catatan amalku
Namun Engkau selalu membuka pintu taubat untukku


Maafkan aku yang tidak tahu malu ini
yang sering melupakan Engkau dalam sadar ataupun tidak
duhai Alloh Yang Maha Pengampun
|| siempunya, 12:25 PM || link || (0) comments |

Ridha Diri Atau Ridha Ilahi

Sebuah Kutipan Artikel :

Pada suatu hari nabi Musa bermaksud menemui Allah di bukit Sinai. Mengetahui maksud Musa, seorang yang sangat saleh mendatanginya, “Wahai kalimullah, selama hidup saya telah berusaha untuk menjadi orang baik. Saya melakukan shalat, puasa, haji, dan kewajiban agama lainnya. Untuk itu saya banyak sekali menderita. Tetapi tidak apa, saya hanya ingin tahu apa yang telah Allah persiapkan bagiku nanti, tolong tanyakan kepadaNya!”.
“Baik,” kata Musa seraya melanjutkan perjalanannya.

Ia berjumpa dengan seorang pemabuk di pinggir jalan. “Mau kemana?, tolong tanyakan pada Allah nasibku. Aku peminum, pendosa. Aku tidak pernah shalat , puasa atau amal shaleh lainnya. Tanyakan pada Allah apa yang dipersiapkanNya untukku”. Musa menyanggupi untuk menyampaikan pesan dia kepada Allah.

Ketika kembali dari Sinai, ia menyampaikan jawaban Allah kepada orang shaleh, “Bagimu pahala besar yang indah-indah.” Orang saleh itu berkata, “saya memang sudah menduganya.”
Kepada si pemabuk , musa berkata, “Allah telah mempersiapkan bagimu tempat yang paling buruk”, mendengar itu si pemabuk bangkit , dengan riang menari-nari. Musa heran mengapa ia bergembira dijanjikan tempat yang paling jelek.

“Alhamdulillah, aku tidak peduli tempat mana yang telah Allah persiapkan bagiku. Aku senag karena Allah masih ingat kepadaku. Aku pendosa yang hina dina. Aku dikenal Allah!! Aku kira tidak seorangpun yang mengenalku”, ucap si pemabuk itu dengan kebahagiaan yang tulus.
Akhirnya nasib keduanya di Lauh Mahfuzh berubah. Mereka bertukar tempat. Orang saleh di neraka dan orang durhaka di surga.

Musa takjub, ia bertanya pada Allah. Jawaban Allah demikian, “ orang yang pertama dengan segala amal shalehnya, tidak layak memperoleh anugerahKu, karena anugerahKu TIDAK DAPAT DIBELI DENGAN AMAL SHALEH. Orang yang kedua membuat Aku senang, karena ia senang kepada apa pun yang Aku berikan kepadanya. Kesenangannya kepada pemberianKu, menyebabkan Aku senang kepadanya”.

Sandungan pertama dalam perjuangan menuju kesucian adalah RIDHA DENGAN DIRI SENDIRI. Kita merasa sudah banyak beramal, dan oleh karena itu berhak untuk memperoleh segala anugerah Allah. Ketika kita mengalami kesulitan, kita berusaha keras untuk mengatasinya-lahir dan batin-, lalu kita mohon pertolongan Allah. Dengan segala usaha itu, kita merasa berhak untuk mendapatkan pertolonganNya. Allah berkewajiban untuk melayani kita. Ketika yang kita tunggu tidak juga datang, kita marah kepadaNya , sambil berargumentasi, “Apalagi yang harus aku lakukan? Apa tidak cukup pengorbanan yang telah aku berikan?”.

“Janganlah kamu memberi dan menganggap pemberianmu sudah banyak”, firman Allah (AlQuran 74:6).
Janganlah kamu berkata sudah semua kamu kerjakan. Setiap kali kamu berkata seperti itu , ingatlah: belum banyak yang kamu kerjakan!!. Secara lahiriah, merasa telah banyak berbuat, membuat orang putus asa, ia tidak mau berbuat lagi. Seluruh gerakannya terhenti. Secara batiniah, merasa telah berbuat banyak menjatuhkan tirai gelap dan menutup karunia Allah. Ia mengandalkan amalnya dan meremehkan pemberian Allah. Pada hakikatnya ia masih berkutat dengan dirinya. Ia tidak berjalan menuju Allah. Ia berputar-putar sekitar egonya. Ia tidak mecari ridha Allah. Ia mengejar ridha dirinya.

Kepuasan pada diri telah banyak membinasakan para salik sepanjang sejarah. Hal yang sama telah melemahkan semangat para pejuang kebenaran. Mereka merasa telah berkorban habis-habisan, tetapi hasilnya tidak ada. Anda dapat menemukan perasaan ini pada orang-orang saleh di sudut mesjid dan juga pada para demonstran reformis di simpang jalan. Yang pertama menghapuskan ibadatnya, yang kedua menyia-nyiakan pengorbanan kawan-kawannya.

Kepada siapa saja diantara Anda yang sedang berjuang menegakkan kebenaran, tetapi anda sudah letih dan merasa tidak berdaya, bacalah doa Nabi Muhammad SAW, ketika ia berlindung di kebun Utbah dengan kaki berlumuran darah, “Ya Allah kepadaMu aku adukan kelemahan diriku, ketidakberdayaanku, dan kehinaanku di mata manusia. Wahai yang Maha Kasih dan Maha Sayang, Wahai Allah orang-orang yang tertindas. Kepada tangan siapa akan Kau serahka daku?, kepada orang jauh yang memperlakukanku dengan buruk? Atau kepada musuh yang Kau berikan kepadanya kekusaan untuk melawanku?. Semuanya aku tidak peduli, asalkan Engkau tidak murka kepadaku. AnugerahMu bagiku lebih agung dan lebih luas. Aku berlindung pada cahaya ridhaMu, yang menyinari kegelapan. Janganlah murkaMu turun kepadaku. Janganlah marahMu menimpaku. Kecamlah daku sampai Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali melaluiMu”.
|| siempunya, 12:07 PM || link || (0) comments |

Aku Ingin Belajar Khusu

Sering sekali ketika sholat saya teringat sesuatu, misalnya ada beberapa tugas yang kelewatan belom saya kerjain, atau ada janji sama temen untuk telpon balik, atau kadang2 inget waktu di marahin boss, dan masih banyak lagi hal2 yang sering lewat ketika saya sedang sholat.., kadang di raka'at pertama saya ngk khusyu, saya berusaha khusyu di raka'at berikutnya..,
semoga Alloh mengampuni semua kesalahanku.

Aku ingin sholatku bukannya menjadi beban, tapi sebuah kenikmatan. Tempat aku bisa berlama-lama menikmati munajat, berdekatan dengan Alloh swt. Seperti yang Allah beritakan bahwa sholat itu berat kecuali untuk orang-orang yang khusyu’.

Berikut ini tips yang aku dapatkan dalam pencarian kekhusuan sholat.

* Menyambut seruan adzan dengan segera
* Menyempurnakan wudhu
* Merasakan pengawasan Alloh
* Membayangkan bahwa kita melaksanakan sholat untuk terakhir kali
* Menyadari kelemahan kita dan mengakui keagungan Alloh
* Menghayati bacaan-bacaan shalat
* Kerjakanlah Sholat itu dengan hati yang Ikhlas.
* Jangan mengharapkan pahala tetapi mengharap Ridha Alloh SWT.
* Mengerjakan Sholat dengan dasar rasa Syukur kita kepada Alloh SWT.
* Hidupkan hati dalam Sholat.
* Selaraskan hati,lisan dan perbuatan ( gerakan ) satu tujuan yaitu Alloh SWT
* Jangan tergesa-gesa

links:
AA Gym tentang Khusu Bag. 1
AA Gym tentang Khusu Bag. 2
AA Gym tentang Khusu Bag. 3
|| siempunya, 10:38 AM || link || (1) comments |